Suatu hari nanti pandemi ini mungkin akan berlalu, dan COVID-19 akan menjadi kenangan. Tetapi trauma—dari isolasi, menyaksikan orang-orang yang meninggal, menghadapi tekanan finansial, dan hidup dengan rasa kehilangan dan kecemasan terhadap hal yang tidak diketahui—akan terus berlanjut untuk waktu yang lama. Menurut Centers for Disease Control and Prevention Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, persentase orang dewasa Amerika dengan gejala gangguan kecemasan dan depresi baru-baru ini meningkat lebih dari 5 poin dalam jangka waktu musim panas 2020 hingga musim semi 2021. Satu dari setiap 10 orang melaporkan bahwa mereka memiliki kebutuhan perawatan kesehatan mental yang tidak terpenuhi. “Kita akan melihat tingkat trauma ini selama bertahun-tahun,” kata Nicole Martin, direktur eksekutif penyembuhan trauma di American Bible Society ABS. “Trauma ini tidak akan hilang begitu saja ketika semua orang divaksinasi dan semua orang diizinkan masuk ke dalam ruangan.” Martin dan American Bible Society ingin memenuhi kebutuhan itu dengan pemahaman Alkitab yang membahas tentang trauma, yaitu mengajarkan orang-orang tentang penyembuhan trauma dengan menggunakan Kitab Suci. Sebuah penelitian ABS baru-baru ini oleh para peneliti dari Baylor University menemukan bahwa menggabungkan pendidikan tentang praktik layanan kesehatan mental yang terbaik dengan pemahaman Alkitab dapat memberikan manfaat yang signifikan. Dalam penelitian mereka, hal ini dapat mengurangi gejala gangguan stres pascatrauma PTSD dan meningkatkan pengampunan, kasih sayang, dan kesadaran akan tujuan. “Saat Amerika mengalami krisis kesehatan mental, penelitian ini menunjukkan manfaat potensial dari perawatan yang peduli akan pentingnya iman bagi orang-orang yang mengalami trauma,” kata Robert L. Briggs, presiden dan CEO ABS. “Alkitab telah terbukti menjadi sumber yang vital bagi penyembuhan emosional, spiritual, fisik, dan mental.” Penelitian ini melihat keefektifan kurikulum ABS Healing the Wounds of Trauma Penyembuhan Luka Trauma, yang diajarkan di dalam Penjara Regional Riverside di North Prince George, Virginia. Sekelompok orang yang terdiri dari 210 pria dan wanita yang dipenjara menjadi sukarelawan untuk mengikuti program lima sesi, di mana para fasilitator terlatih membacakan dan merenungkan Kitab Suci bersama-sama dengan peserta dan memandu mereka melalui proses untuk mengenali rasa sakit mereka, membagikannya, dan membawa trauma mereka kepada salib Kristus untuk penyembuhan, sehingga mereka dapat terbebas untuk merawat diri mereka sendiri dan melayani orang lain. Para peserta menjawab pertanyaan tentang diri dan kesehatan mental mereka sebelum program, segera setelah program, satu bulan setelah program, dan tiga bulan setelah menyelesaikan program. Kelompok lain yang terdiri dari 139 orang yang dipenjara secara sukarela mengikuti survei tanpa mengikuti program kedua kelompok tersebut, peneliti menemukan bahwa program tersebut menunjukkan hasil yang signifikan secara statistik. “Setiap kali seseorang mengatakan bahwa program tertentu sangat efektif berdasarkan tingkat keberhasilan peserta, mereka tidak memiliki jawaban untuk pertanyaan, Dibandingkan dengan apa?” kata Byron R. Johnson, salah satu dari tiga peneliti di Institut Studi Agama Universitas Baylor yang mengerjakan penelitian tersebut. “Memiliki kelompok kontrol yang sebanding dengan kelompok eksperimental kelompok studi memungkinkan kami untuk menentukan apakah intervensi memiliki efek yang independen atau unik.” Kelompok studi tersebut dipecah menjadi 22 kelompok, 10 kelompok laki-laki dan 12 kelompok perempuan. Peserta terdiri dari sekitar setengah orang berkulit putih dan setengah orang berkulit hitam, dan berusia di antara 18 hingga 65 tahun. Sebagian besar mereka berada di penjara Virginia karena pelanggaran pembebasan bersyarat atau masa percobaan, dan mereka telah dipenjara, rata-rata, lima atau enam kali. Kelompok kontrol cukup mirip, meskipun mereka cenderung kurang kristiani, telah menikah, atau telah melakukan pelanggaran yang berat sekali. Penelitian ini menunjukkan bahwa kelompok yang mengikuti program tersebut menunjukkan penurunan perasaan depresi, kecemasan, dan kemarahan, bersamaan dengan “kesedihan yang rumit,” yang mencakup penyangkalan atas peristiwa traumatis, pengaruh negatif, dan menghindari kegiatan yang terkait dengan trauma. Mereka juga mengalami depresi yang berkurang dan lebih sedikit pikiran untuk bunuh diri. Pada saat yang sama, dibandingkan dengan kelompok kontrol, orang-orang dalam kelompok studi mengalami peningkatan perasaan mau mengampuni dan belas kasih, dan melaporkan adanya peningkatan ketangguhan diri. Johnson berkata bahwa dia bersama rekan peneliti Baylor, Sung Joon Jang dan Matt Bradshaw, berharap melihat beberapa perbedaan. Tetapi mereka tidak mengantisipasi seberapa jelas hal itu, bahkan segera setelah program selesai.“Kami melihat penurunan gejala PTSD, peningkatan kesejahteraan emosional, dan perbaikan sikap terhadap Tuhan dan Alkitab,” katanya. Dampaknya mungkin tidak sejelas pada populasi umum bila dibandingkan dengan orang-orang yang dipenjara, menurut Johnson. Orang-orang yang berada di penjara biasanya mengalami lebih banyak trauma dalam hidup mereka, dan ada perbedaan demografis dan konteks yang berbeda yang membuat ekstrapolasi dari penelitian ini menjadi tidak pasti. Tetapi Johnson mengatakan kurikulum tersebut tidak dirancang khusus untuk orang yang dipenjara, dan dia berharap memahami Alkitab yang membahas tentang trauma akan memiliki dampak yang sama bagi semua orang. Heath Lambert, penulis banyak buku tentang konseling biblikal, mengatakan hal ini masuk akal jika Anda menyadari betapa Alkitab berbicara tentang trauma, isolasi, keterasingan, dan krisis. “Untuk membahas itulah, maka Alkitab ditulis,” kata Lambert, seorang profesor di Southern Baptist Theological Seminary, di Louisville, Kentucky, dan pendeta senior dari First Baptist Church of Jacksonville, Florida. “Alkitab sangat dipenuhi dengan relevansi.” Lambert telah melihat secara langsung beberapa dampak traumatis yang ditimbulkan pandemi terhadap orang-orang. Beberapa orang di gerejanya telah kehilangan orang yang dicintai. Banyak yang berhadapan dengan kesepian yang tak tertahankan—terpisah dari gereja dan keluarga mereka. “Kesepian itu mengisolasi dan sangat sulit serta melukai,” katanya. “Saya telah berbicara dengan orang-orang tersebut di telepon, dan mereka menangis.” Gereja bisa menjadi solusi praktis bagi kesepian dan isolasi, menurut Lambert. Tetapi dengan Alkitab, para pelayan Kristen juga dapat membantu orang untuk bertemu dengan Tuhan yang berdaulat, yang mengendalikan dan mencintai mereka secara pribadi. “Gereja mengatasi masalah ketakutan dengan berbicara tentang Tuhan yang besar yang menggenggam dunia,” katanya. Meskipun masih sulit untuk mengatakan apa pun secara pasti pada saat ini, Lambert mengatakan dia berharap akan ada peningkatan jumlah orang yang datang ke gereja setelah pandemi, karena mereka mencari jawaban dan ingin membantu gereja bersiap-siap, dengan materi berdasarkan Alkitab yang membantu orang berusaha melewati trauma. “Hal tersebut mengubah cara Anda berpikir,” kata Martin. “Hal tersebut mengubah cara Anda berpikir tentang rasa sakit. Hal tersebut mengubah cara Anda berpikir tentang penderitaan.” Dan meskipun penderitaan yang langsung dari pandemi ini mungkin akan segera berakhir, kebutuhan untuk mengatasi trauma tidak dimulai dengan keberadaan COVID-19 dan akan terus berlanjut lama setelahnya. “Kita semua memiliki luka. Kita semua merasakan sakit,” kata Martin. “Undangan untuk bertemu dengan Sang Penyembuh bagi yang Terluka’ melalui Alkitab memiliki kekuatan untuk mengubah hidup.” Diterjemahkan oleh Janesya S. Untuk diberi tahu tentang terjemahan baru dalam Bahasa Indonesia, ikuti kami melalui email, Facebook, Twitter, atau Telegram. Current Issue [ This article is also available in English, 简体中文, and 繁體中文. See all of our Indonesian Bahasa Indonesia coverage. ]
Selamatdatang di e-alkitab.org! [Click here to read the Introduction in English.]. Pengantar. Navigasi dasar. Ciri-ciri lain. Konkordansi. Keterangan lain. Untuk jalankan e-alkitab secara optimal, dapat software yang mutakhir. Mengenai hak cipta, dll. Pengantar. Website direncanakan berkembang memuat Alkitab elektronik dalam berbagai bahasa. Walaupun
Ayat Firman Tuhan Tentang KebudayaanAyat Emas Alkitab Tentang KebudayaanKumpulan Ayat Firman Tuhan LainnyaAyat Firman Tuhan Tentang – Ayat Alkitab tentang kebudayaan. Dalam kehidupan di masa sekarang, kita tak bisa memisahkan kebudayaan dan agama, keduanya saling hidup banyak cara menyikapi kebudayaan sesuai iman Kristen. Tapi tentu saja yang jelas kita tidak boleh mengikuti kebudayaan yang melanggar ketetapan agama kita mengetahui apa saja kebudayaan yang melanggar firman Tuhan, tentu saja kita harus melihat dalam Alkitab. Bila jarang membacanya, tentu kita tidak akan tahu dari itu di kesempatan ini akan kami jelaskan kepada Anda kumpulan ayat emas Alkitab atau firman Tuhan yang menjelaskan tentang kebudayaan. Anda dapat menyimak pembahasan lengkapnya pada ulasan di bawah Emas Alkitab Tentang KebudayaanTanpa banyak basa basi lagi, mari langsung kumpulan daftar ayat emas Alkitab atau firman Tuhan tentang kebudayaan. Anda dapat langsung melihat ulasan lengkapnya pada pembahasan di bawah ini.“Dan mereka mengajarkan adat istiadat, yang kita sebagai orang Rum tidak boleh menerimanya atau menurutinya.”Kisah Para Rasul 1621“Yesus berkata pula kepada mereka “Sungguh pandai kamu mengesampingkan perintah Allah, supaya kamu dapat memelihara adat istiadatmu sendiri.”Markus 79“Orang itu tidak wajib lagi menghormati bapanya atau ibunya. Dengan demikian firman Allah kamu nyatakan tidak berlaku demi adat istiadatmu sendiri.”Matius 156“Mereka berbakti kepada TUHAN, tetapi dalam pada itu mereka beribadah kepada allah mereka sesuai dengan adat bangsa-bangsa yang dari antaranya mereka diangkut tertawan.”2 Raja-Raja 1733“Sampai hari ini mereka berbuat sesuai dengan adat yang dahulu. Mereka tidak berbakti kepada TUHAN dan tidak berbuat sesuai dengan ketetapan, hukum, undang-undang dan perintah yang diperintahkan TUHAN kepada anak-anak Yakub yang telah dinamai-Nya Israel.”2 Raja-Raja 1734“Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas.”1 Petrus 118Kumpulan Ayat Firman Tuhan LainnyaTidak cuma mengenai kebudayaan, ada banyak sekali kumpulan firman Tuhan lainnya yang bisa kita baca dan renungkan. Anda dapat membacanya pada artikel-artikel Emas Alkitab Tentang Giat BelajarKumpulan Ayat Alkitab Tentang Kakak BeradikAyat Emas Alkitab Tentang KedewasaanAkhir KataCukup sekian pembahasan dari kami mengenai ayat emas alkitab tentang kebudayaan. Semoa kita bisa memahami bagaimana harus hidup berdampingan antara kebudayaan dan Orang Kristen Terhadap KebudayaanHubungan Iman Kristen dengan KebudayaanSimbol Sakramen Baptis Kristen dan Katolik
Padatanggal 2 Oktober 1989 Lembaga Alkitab Indonesia mengadakan Ucapan Syukur di Balai Sidang Jakarta untuk memperingati 360 tahun penerbitan Alkitab berbahasa Melayu di Indonesia. Pada tahun 1629 telah diterbitkan bagian-bagian dari Alkitab yang diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu dan Albert Corneliusz Ruyl, seorang pegawai VOC (perusahaan
BAB I PENDAHULUAN Para penulis Alkitab Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru mencerminkan latar belakang sosial di zaman mereka. Inspirasi Roh Kudus telah melindungi mereka dari kekeliruan, namun sudut pandang penulis muncul dari kebudayaan zaman mereka. Kini Alkitab yang ditulis oleh mereka, diakui dan dipercayai sebagai otoritas tertinggi dalam perilaku dan moral. Namun apakah kebudayaan-kebudayaan yang tertuang di dalam Alkitab PL dan PB, harus dikenakan dalam kebudayaan modern? Bagaimana mengimplementasikan kebudayaan-kebudayaan PL dan PB dalam Kebudayaan Modern saat ini? Apakah ada suatu cara yang dapat digunakan sebagai tolak ukur untuk mengevalusi kebudayaan-kebudayaan tersebut? Bagaimana kita mengetahui yang salah dan benar dalam kebudayaan modern saat ini? Berdasarkan rumusan masalah ini, maka penulis tertarik untuk menulis makalah ini dengan judul “Implementasi Kebudayaan Perjanjian Lama Dan Perjanjian Baru Dalam Kebudayaan Modern” Tujuan Tujuan Penulisan Makalah ini adalah Untuk mengenal kebudayaan PL dan PB, serta mengetahui bagaimana mengimplemetasikan kebudayaan Alkitab itu dalam Kebudayaan Modern ini. Batasan/Ruang Lingkup Makalah ini hanya dibatasi pada pokok-pokok pembahasan mengenai budaya masyarakat dalam Alkitab PL dan PB, serta Kebudayaan Modern dan pengaruhnya. BAB II DASAR TEORI Istilah Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi budi atau akal diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.[1] Ada tiga arus penggunaan istilah budaya, yaitu Pertama; Mengacu pada perkembangan intelektual dan spiritual seseorang atau sekelompok masyarakat. Kedua; Mengacu pada Kesenian dan benda-benda seni. Ketiga; Mengacu pada keseluruhan cara hidup, adat istiadat dan kebiasaan sejumlah orang.[2] Dari definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan, bahwa kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan, meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga nyata kemudian dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain. Budaya merupakan suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sekelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbada budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.[3] Unsur-unsur budaya terdiri atas 1. Sistem religi dan upacara keagamaan 2. Sistem dan organisasi kemasyarakatan 3. Sistem pengetahuan 4. Bahasa 5. Kesenian 6. Sistem mata pencaharian hidup 7. Sistem teknologi dan peralatan[4] KEBUDAYAAN PERJANJIAN LAMA Yang dimaksudkan dengan budaya Perjanjian Lama, ialah budaya manusia yang hidup di zaman dimana peristiwa-peristiwa yang tertulis dalam Alkitab Perjanjian Lama terjadi. Secara khusus dapat dikatakan bahwa manusia yang dimaksud ialah bangsa Israel atau lebih khusus lagi, bapak-bapak leluhur bangsa Israel seperti Abraham, Ishak dan Yakub.[5] Walaupun penulis Alkitab sendiri melihatnya sebagai peristiwa dan moral yang mengandung nilai-nilai rohani untuk memberikan nilai-nilai etis dan moral bagi kehidupan bangsa Israel, namun peristiwa-peristiwa itu juga dapat dilihat dari segi kebudayaan. Membahas kebudayaan Perjanjian Lama, sangat luas, oleh sebab itu maka dalam pembahasan ini, penulis membatasi dengan hanya membahas Kebudayaan Perjanjian Lama yang berkenaan dengan Adat Istiadat Masyarakat dalam zaman PL. Salah satu ciri khas adat ketimuran orang Israel umumnya maupun Yahudi khususnya ialah keramahtamahan. Tamu mana pun yang masuk ke dalam rumah seorang Yahudi akan disambut dengan salam hangat. Kej. 241-67. Perkawinan Perkawinan dalam PL diterima sebagai suatu norma umum tidak ada kata "bujangan" dalam bahasa Ibrani. Dalam seluruh PL, ditunjukkan bentuk-bentuk penyelewengan pernikahan yang dilakukan oleh nenek moyang bangsa Israel, misalnya dalam praktek-praktek poligami dan perceraian. Meminang Sebagaimana cerita Eliezer, perkawinan dalam Perjanjian Lama diatur oleh keluarga atau khususnya orang tua. Pihak lelaki datang ke pihak perempuan untuk meminang seorang gadis yang diinginkan oleh orang tua pihak lelaki. Hal ini terjadi misalnya pada Ismael Kej. 2121, Ishak Kej. 24, dan Yakob Kej. 281-3. Dalam kasus Ishak, maka Eliezerlah yang menjadi perantara. Seorang perantara disebut sebagai "sahabat pengantin" Sahabat pengantin ini dalam tugasnya sebagai perantara bertindak atas nama pengantin dan ia sudah diberitahukan terlebih dahulu tentang kesanggupan dan kemampuan pengantin sampai berapa banyak pemberian yang dapat pengantin lelaki berikan kepada pengantin perempuan. Ayah dari keluarga pihak perempuan kemudian menimbal untuk menunjuk juga seorang juru bicara mereka. Sebelum kedua belah pihak bernegosiasi, maka minuman kopi disuguhkan kepada rombongan yang datang, namun mereka menolak untuk meminumnya sebelum misi mereka selesai lihat Kej. 2433 dalam kasus Eliezer. Setelah kedua juru bicara dari kedua belah pihak berhadapan, maka pembicaraan dilakukan dengan sungguh-sungguh. Pihak perempuan perlu mendapatkan bukti yang bisa dipegang mengenai bentuk pemberian yang akan diterimanya dari pihak lelaki. Bilamana suatu kesepakatan sudah diambil maka kedua juru bicara tadi bangkit berdiri saling menyalami satu dengan yang lain, dan kopi langsung dibawa dan mereka sama-sama minum sebagai tanda perjanjian yang kesepakatannya telah dicapai. Untuk menyungguhkan maksudnya, pihak lelaki menyerahkan berbagai hadiah kepada orang tua dan saudara-saudara pihak perempuan. Tetapi bisa juga dengan cara seperti yang dilakukan oleh Yakob misalnya ia bekerja selama tujuh tahun untuk mendapatkan istrinya Kej. 2915-19. Bertunangan Pertunangan dalam kalangan orang Yahudi merupakan suatu persiapan untuk perkawinan dan bukan hanya suatu perjanjian kawin tanpa ikatan. Pertunangan berarti suatu ikatan pasti untuk perkawinan sehingga tidak mungkin dibatalkan lagi.[6] Hari pertunangan dirayakan dengan suatu pesta dan saling memberi hadiah supaya peristiwa itu menjadi resmi. Masa pertunangan biasanya berlangsung selama satu tahun. Di zaman dahulu kala, orang lelaki Israel yang sedang menjalani masa pertunangan dilarang ikut dalam peperangan supaya ia tidak mati sebelum kawin Ul. 207. Masa pertunangan itu dipandang sangat suci sehingga bilamana ada lelaki lain yang bersetubuh dengan wanita yang sedang menjalankan pertunangan, maka si pelanggar akan dihukum dengan lemparan batu sampai mati Ul. 2223, 24. Tetapi bilamana si wanita yang digauli tidak bertunangan, maka lelaki itu tidak dilempar dengan batu tetapi harus membayar kepada ayah si wanita dan harus mengawininya. Suami Dalam masyarakat PL, suami mempunyai kedudukan sebagai "tuan" yang memerintah atas istri dan anak-anak dan keluarga anak- anaknya, juga seluruh anggota keluarga yang lain dan budak-budaknya. Tapi pada sisi yang lain, suami juga menjadi penangungjawab atas semua tindakan yang dilakukan oleh seluruh anggota keluarganya. Suami juga mempunyai tanggungjawab untuk mencarikan istri/suami bagi anak- anaknya. Silsilah keluarga PL diurutkan dengan mengikuti keturunan dari suami, karena suamilah yang memberi identitas dan nama bagi keluarganya Im. 2547-49; Yer. 3268; Rut 2,3,4.Suami dalam PL juga mempunyai fungsi sebagai imam bagi keluarganya. Istri Dari Amsal 31 dapat diambil kesimpulan bahwa istri PL tidak hanya melakukan tugas yang sehubungan dengan anak-anak dan rumah saja, Alkitab pada dasarnya memberikan tanggung-jawab yang besar bagi istri PL untuk menguasai bidang- bidang lain di luar rumahnya. Dari tugas yang begitu banyak itu, tugas utama istri adalah untuk menghasilkan keturunan. Anak-anak Merupakan suatu dukacita dan aib bagi keluarga PL yang tidak dikaruniai anak, seperti peristiwa yang menimpa Sara dan Hana. Sebaliknya banyak puji-pujian yang ditujukan bagi wanita yang melahirkan banyak anak Maz. 128. Anak laki-laki dalam keluarga Yahudi adalah tumpuan harapan bagi pemeliharaan masa tua orang tuanya, yaitu supaya mereka mendapat penguburan yang layak. Anak sulung dalam keluarga Yahudi, baik laki-laki maupun perempuan, mendapat tempat yang istimewa. Sepanjang hidupnya ia akan dituntut untuk memiliki tanggung jawab yang lebih besar atas tindakannya dan tindakan saudara- saudaranya yang lain. Apabila orang tuanya mati, anak sulung akan mendapat bagian warisan dua kali lipat. Anak perempuan Yahudi diijinkan menikah sesudah usia 12 tahun. Pada usia itu diharapkan ia telah mempelajari semua kecakapan mengurus rumah tangga dan bagaimana menjadi istri dan ibu yang baik. Apabila karena sesuatu hal suaminya mati, maka ia akan dinikahkan dengan saudara laki-laki dari suaminya untuk menyelamatkan garis keturunan keluarganya. Namun jika suaminya tidak memiliki saudara laki-laki lain yang dapat menikahinya, maka seringkali ia akan kembali ke rumah ayahnya lagi contoh kasus Rut dalam keluarga Naomi. Poligami Walaupun poligami memang ada dalam Perjanjian Lama, namun jangkauannya jangan dilebih-lebihkan, karena hampir terbatas pada raja-raja atau para pemimpin atau pejabat tinggi. Umumnya yang sering terdapat adalah bigami, bukan poligami. Monogami tampaknya biasa terdapat dikalangan rakyat. Bapak-bapak leluhur kadang-kadang dianggap sebagai contoh untuk poligami. Tetapi poligami harus dibedakan dari perseliran. Kedudukan seorang selir adalah jauh di bawah kedudukan seorang istri, tetapi para selir mempunyai hak legal, sebagaimana dinyatakan dalam Keluaran 21711. Ia tidak dapat dijual kembali oleh tuannya; ia harus diperlakukan sebagai selir satu orang saja, bukan mainan keluarga. Kalau tuannya mengambil selir lain, tuan itu tidak boleh mengabaikan kewajibanya kepada selir yang pertama dalam hal materi maupun seksual. Perceraian Perceraian terjadi di kalangan orang Israel bilaman sang suami mendapatkan "ketidakbersihan" pada diri istrinya Ul. 24 1. Salah satu contoh mengenai "ketidakbersihan" ini ialah bahwa sang suami waktu menikahi istrinya ternyata bahwa istrinya itu bukan lagi gadis. Kalau ternyata bahwa gadis itu memang bersalah, maka ia harus dihukum mati dengan lemparan batu Ul. 2213-21. Contoh lain ialah bilamana sang suami mencurigai istrinya melakukan perbuatan zinah. Untuk menjernihkan soal itu sang suami membawa istrinya kepada imam untuk diuji. Ujian ini disebut "ujian kecemburuan" atau bisa juga disebut "ujian berat". Dalam ujian ini, wanita itu disuruh minum air putih. Bilamana ia tidak bersalah, maka air itu tidak akan mendatangkan bahaya baginya. Tetapi bilamana ia bersalah, maka air itu akan menyebabkannya sakit dan bila demikian halnya, maka ia dihukum dengan lemparan batu sampai mati karena dianggap sebagai seorang pelacur Bil. 511-31. Sejauh masalah perceraian, maka perceraian hanya boleh terjadi kalau sang suami menceraikan istrinya. Sang istri sama sekali tidak mempunyai hak untuk menceraikan suaminya walaupun dengan alasan apa pun. Hukum-hukum mengenai perceraian menyebutkan tentang keadaan yang tidak mengijinkan adanya perceraian dan aturan-aturan mengenai hubungan kedua belah pihak setelah perceraian terjadi. Dalam kedua kasus ini perlindungan terhadap perempuan rupanya menjadi pokok utama hukum-hukum tersebut. Dalam, Ulangan 2228-29 ada larangan untuk menceraikan perempuan yang harus dinikahi oleh laki-laki yang telah memperkosanya. KEBUDAYAAN PERJANJIAN BARU Dengan melihat secara cermat, kita dapat mengetahui bahwa Alkitab Perjanjian Baru mengulang kembali Kebudayaan dalam PL. Namun pada saat yang sama, kita melihat sejumlah aturan Perjanjian Lama seperti hukum-hukum mengenai perceraian dibatalkan dalam Perjanjian Baru. Di sini kita dapat melihat sebuah perbedaan dalam situasi sejarah penebusan waktu Kristus membatalkan aturan-aturan yang lama. Apa yang harus kita perhatikan dalam budaya PB ini, ialah, bahwa baik pemikiran untuk memindahkan budaya-budaya Perjanjian Lama ke dalam Perjanjian Baru, maupun sama sekali tidak mengindahkannya, kedua-duanya tidak dapat dibenarkan oleh Alkitab sendiri. Di sini, kita harus berhati-hati untuk membedakan antara tradisi-tradisi Kebudayaan yang diakui oleh Alkitab hanya keberadaannya saja, seperti “gaya musik untuk ibadah pada zaman PL” dan kebudayaan yang jelas disahkan dan ditahbiskan oleh Alkitab, seperti “Ingat dan kuduskan hari Sabat ”. Untuk dapat dengan jelas membedakan kedua hal ini, maka perlu dipahami bahwa refleksi kebudayaan PL, tunduk pada penyataan Ilahi. Perikop-perikop PL dengan setia mendeskripsikan banyak kebiasaan di zaman PL, namun ada yang sejalan dengan kehendak Allah dan ada yang bertentangan dengan kehendak Allah. Misalnya Perkawinan Abraham dengan Hagar. Di satu sisi, Abraham melaksanakan sesuai kebudayaan setempat, namun di sisi lain, hal itu tidak sesuai dengan perjanjian Allah. Berdasarkan perspektif ini, maka banyak tradisi-tradisi dalam PL, yang tidak diterapkan dalam budaya PB. Misalnya Dalam PL, perceraian masih dapat dilakukan jikalau Istri kedapatan “tidak bersih” Namun dalam PB, Yesus tegas berkata “Siapa menceraikan Istrinya, ia berbuat Zinah. Apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan oleh manusia.” Hal lain yang harus dipahami adalah, banyak aspek dalam kebudayaan PL, diakibatkan oleh perbedaan alami. Umat PL merespon Allah dengan cara-cara yang lazim di zaman mereka. Oleh sebab itu, maka dalam PB, konsekuensi tindakan mereka, tidak lagi dijadikan sebagai norma hukum bagi semua orang, tetapi yang ditekankan dalam PB adalah prinsip kebudayaan tersebut. Sebagai contoh, dalam PL, orang beribadah harus di bait Allah atau di atas Gunung, tetapi ketika Yesus datang ke dalam dunia, Ia berkata “Penyembah-penyembah benar, akan menyembah Allah dalam roh dan kebenaran” Yoh 423. Jadi meskipun Kebudayaan dalam PB, adalah pengulangan kembali tradisi-tradisi dalam PL, namun kebudayaan PB lebih menjujung tinggi makna atau Prinsip-prinsip dari kebudayaan PL. Prinsip-prinsip kebudayaan PL inilah, yang dituntut dalam kebudayaan PB. Berikut ini beberapa prinsip-prinsip dalam Budaya PB Etika Seluruh ajaran Yesus dalam Perjanjian Baru, tentang Allah dan umat-Nya, mempunyai dimensi Etika. Matius pasal 5-7, merupakan koleksi Etika yang lengkap, yang memberikan gambaran yang baik tentang Etika dalam sebuah Masyarakat baru yang hendak didirikan Yesus Kristus. Etika yang diajarkan Yesus Kristus sebagai suatu budaya dalam PB adalah, “menyatakan dengan cara hidup”.[7] Artinya, segala sesuatu yang didengar dan diterima dari Allah, harus dinyatakan dengan cara hidup. Prinsip ini menguasai seluruh Perjanjian Baru. Sistem Etika mempunya suatu dasar, dan segala yang lainnya dikembangkan atas dasar itu. Dasar dari Etika yang diajarkan Yesus dalam PB, adalah Kasih. Apapun yang seseorang lakukan, harus dilakukan dengan kasih, itulah Etika yang membudaya dalam Perjanjian Baru Yoh 1314. Etika PB bukanlah suatu aturan yang dipaksakan dari luar ke dalam diri seseorang, melainkan suatu mutu hidup yang memancar dari dalam ke luar. Fleksibilitas Walaupun Budaya dalam Perjanjian Baru, mengulang kembali kebudayaan dalam PL, tetapi Perjanjian Baru mengembangkan Fleksibilitas budaya bagi umat Kristen. Sebagai contoh Kristus mengutus murid-murid-Nya sampai ke seluruh bangsa di muka bumi. Mat 2818-19. Kerajaan Allah yang pada dekade awal ditujukan bagi orang Yahudi, kini harus juga diberitakan ke bangsa-bang non Yahudi. Prinsip-prinsip yang terkandung dalam norma-norma kebudayaan dalam PL, kini, diterapkan dalam PB sebagai budaya Perjanjian Baru. Misalnya Dalam PL, sunat harus dilakukan sebagai tanda perjanjian. Sedangkan dalam PB, “hal bersunat atau tidak bersunat, tidak mempunyai nilai apa-apa” Gal 56. Hal ini bukan berarti Sunat itu jahat, tetapi Paulus merasa bebas untuk melakukan sunat dalam situasi tertentu Kis 163 dan bebas untuk menolaknya dalam situasi lain Gal 23-5. Fleksibilitas budaya ini, bukanlah suatu pilihan bagi orang Kristen, tetapi PB menuntut hal itu. Paulus menunjukkan hal ini, dengan menjadi orang Yahudi pada saat ia bersama orang Yahudi dan menjadi orang Yunani, pada saat ia berada di tengah-tengah orang Yunani. Ia berkata “aku telah menjadi apapun segala-galanya, supaya sedapat mungkin, aku memenangkan orang bagi Kristus.” Jadi Perjanjian Baru mengarahkan kita untuk berada di atas pola-pola setiap kebudayaan dunia, tanpa mengkompromikan prinsip-prinsip kebudayaan Alkitab PL; “Berada di dalam dunia, tanpa menjadi serupa dengan dunia ini”. Itulah Fleksibilitas budaya PB. Kerendahan Hati Selain Etika dan Fleksibilitas, PB juga menjujung tinggi prinsip kerendahan hati sebagai suatu budaya dalam PB. Dalam Matius 6, Ketika Yesus berbicara mengenai Trilogi Kristiani, yaitu Berdoa, Berpuasa dan memberi, Ia sungguh-sungguh menekankan tentang Kerendahan hati. Dalam pengajaran Yesus tentang hal kerajaan Allah, Yesus menyebutkan bahwa “Jikalau seseorang tidak menjadi seperti anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.” Ahli Taurat yang merasa dirinya baik dan benar, Yesus katakan, ia tidak dibenarkan Allah, sedangkan pemungut cukai yang tidak berani menatap Allah karena merasa berdosa dan hina, Yesus katakan “orang ini pulang ke rumah dengan dibenarkan Allah”. Luk 189-14. Di sini, prinsip Alkitab mengenai kerendahan hati dapat berfaedah. Jikalau prinsip kerendahan hati dipisahkan dari garis-garis pedoman lain yang telah disebutkan dalam PB, maka Allah akan membenci kita, sebab Allah membenci orang yang congkak dan meninggikan orang yang rendah hati. KEBUDAYAAN MODERN Untuk memahami budaya Modern, Pertama-tama kita harus membedakan antara Kebudayaan Barat Modern dan Kebudayaan Teknologis Modern. Kebudayaan Tekonologis Modern merupakan sesuatu yang kompleks. Penilaian-penilaian hitam putih, sebagaimana yang terdapat dalam budaya PL, hanya akan menunjukkan kekurangcanggihan pikiran. Kebudayaan Teknologis Modern itu kontradiktif, artinya, budaya ini bebas nilai, netral, bisa dipakai atau tidak. Pemakaiannya tidak mempunyai implikasi ideologis atau keagamaan. Seorang Sekularis dan Ateis, Kristen Liberal, Budhis, Islam Modernis atau Islam Fundamentalis, bahkan segala macam aliran New Age dan para normal dapat dan mau memakainya, tanpa mengkompromikan keyakinan atau kepercayaan mereka masing-masing. Kebudayaan Teknologis Modern secara mencolok bersifat instumental. Trian Hermawan, mencatat 10 Ciri Budaya Modern sebagai berikut Penghormatan didasari atas kepribadian orang. Benda dipakai untuk pemberian sebagai tanda solidaritas Orang bebas menyuarakan aspirasi, semua dapat didebatkan, dipersoalkan. Kedudukan berdasarkan ketrampilan, kebijaksanaan, pengetahuan achieved status. Semua orang mempunyai hak yang sama Kritis terhadap diri sendiri dan orang lain Memisahkan antara agama, faktor sosial, hukum, politik, ekonomi. Alam disakralkan, dan pertanian dipeliharakan berdasarkan ilmu pengetahuan Sukses atau bencana, tidak dianggap sebagai berkat atau hukuman Tuhan Kehidupan lahiriah, mengendalikan kehidupan batiniah.[8] Pergerakan budaya Modern seperti ini, dipengaruhi oleh budaya-budaya asing. Masuknya budaya asing ke indonesia disebabkan karena adanya krisis globalisasi yang ikut melanda indonesia. Pengaruh tersebut berjalan sangat cepat dan menyangkut berbagai bidang kehidupan. Teknologi yang berkembang pada era globalisasi ini, juga mempengaruhi karakter sosial dan budaya dari lingkungan sosial . Dampak Positif Modernisasi yang terjadi di Indonesia yaitu pembangunan yang terus berkembang di Indonesia dapat merubah perekonomian indonesia dan mencapai tatanan kehidupan bermasyarakat yang adil, maju, dan makmur. Hal tersebut diharapkan akan mewujudkan kehidupan masyarakat yang sejahtera baik batin, jasmani dan rohani. Dampak Negatif Budaya yang masuk ke Indonesia seperti cara berpakaian, etika, pergaulan dan yang lainnya sering menimbulkan berbagai masalah sosial diantaranya; kesenjangan sosial ekonomi, kerusakan lingkungan hidup, kriminalitas, dan kenakalan remaja. BAB III IMPLEMENTASI KEBUDAYAAN PL DAN PB DALAM KEBUDAYAAN MODERN Ketika hendak mengaplikasikan narasi-narasi PL, dan prinsip-prinsip dalam PB ke dalam dunia Modern ini, maka Alkitab dan pengalaman-pengalaman masa kini, memperhadapkan kita pada beberapa pertanyaan, berkaitan dengan serentetan kebudayaan, seperti - Apakah ada suatu cara yang dapat dijadikan tolak ukur dalam menilai norma-norma yang ada? - Bagaimana kita seharusnya mengevaluasi adat-istiadat di masa PL, PB dan pada masa modern ini? - Bagaimana kita membedakan antara yang baik dan yang buruk dalam zaman modern ini? Untuk menjawab rumusan masalah ini, kita harus menyadari terlebih dahulu bahwa Pertama; Kebudayaan berasal dari dua sumber, yaitu Agama dan alam. Agama adalah pengaruh primer di sebuah masyarakat. Namun demikian, agam bukanlah satu-satunya pembentuk kehidupan manusia, sebab kebudayaan tidak hanya tumbuh dari sistem kepercayaan, melainkan juga dari Alam lingkungan kita. Kedua; Perlunya mengevaluasi kebudayaan masa kini, oleh karena perilaku-perilaku dunia modern, juga berada di bawah pewahyuan-Nya. Alkitab penuh dengan nubuat-nubuat mengenai perilaku-perilaku kejahatan dan pergeseran-pergeseran nilai kerohanian yang akan terjadi pada zaman akhir ini. Berdasarkan kedua pertimbangan di atas, maka Untuk mengaplikasikan narasi-narasi PL dalam zaman modern, kita harus melihat praktek-praktek ini, sebagaimana Allah melihatnya. Artinya, ketika sekelompok masyarakat di zaman modern, berjalan sesuai dengan petunjuk wahyu Allah, maka kita harus menilainya secara positif. Untuk menilai kebudayaan haruslah dimulai dengan mengakui sifat religius manusia. Wahyu umum mewajibkan semua orang berespon untuk taat kepada Allah. Perilaku umum manusia kuno dan modern, sama-sama menunjukkan respon positif dan negatif terhadap wahyu Allah. Oleh sebab itu, ketika kita mengaplikasikan narasi-narasi PL dalam kehidupn modern, maka kita harus mengevaluasi kebudayaannya menurut standar Firman Allah. Selain itu, mengevalusia kebudayaan juga membutuhkan perspektif yang seimbang, sebab keanekaragaman dalam alam, juga ikut memberntuk kehidupan manusia. Ketika kita mencermati dunia ciptaan Allah, terbukti bahwa Allah menyukai keanekaragaman. Kelompok manusia yang tinggal di pesisir mengembangkan gaya hidup yang bertolak belakang dengan mereka yang tinggal di padang gurun. Model transportasi antara mereka yang ada di pegunungan dan mereka yang ada di dataran, menunjukkan pola kebudayaan yang juga berbeda. Dan banyak pola hidup berbudaya yang mencuat dari keanekaragaman fisik tersebut. Oleh karena itu, dibutuhkan standart perspektif yang seimbang, untuk dapat mengevaluasi dan mengimplementasikan kebudayaan PL dan PB secara sah. Manusia modern, mempunyai kebudayaan tersendiri yang tidak sama dengan kebudayaan manusia PL, meskipun demikian, Prinsip PB dapat menjadi alat tolak ukur, yang menilai dan mengeliminasi norma-norma kontemporer dalam dunia modern. BAB IV KESIMPULAN Berdasarkan hasil uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa Untuk menjembatani gap Kebudayaan antara Kebudayaan Modern dan kebudayaan PL, kita harus menilai sebuah perikop dalam terang PL, kemudian melihat prinsip dari kebudayaan tersebut, yang disahkan dalam ajaran PB. Kemudian, Melihat Kultur Kristen Modern budaya kita, sebagaimana Allah melihatnya. Dengan prinsip-prinsip ini, kita akan membuat aplikasi yang tepat dan sah dalam kebudayaan modern saat ini.* Catatan Karya ini dilindungi Undang-undang Hak Cipta pasal 72 No. 19 ayat 1 dan 2 tahun 2002. Boleh dicopy untuk digunakan sebagai bahan pengajaran, dengan mencantumkan alamat penulisan http// Terimakasih, Tuhan Yesus memberkati. DAFTAR PUSTAKA [1] [2] Muji Sutrisno & Herman Putranto, Teori-teori Kebudayaan, Yogyakarta Kanisius, 2005, hal 8 [3] Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat. Komunikasi AntarbudayaPanduan Berkomunikasi dengan Orang-Orang Berbeda Budaya, BandungRemaja Rosdakarya, 2006, [4] [5] Christopher Danes, Masalah-Masalah Moral Sosial Aktual Dalam Perspektif Iman Kristen, Yogyakarta Kanisius, 2000, hal. 58 [6] Dianne Bergant, Tafsir Alkitab Perjanjian Baru, Yogyakarta Kanisius, 2002, hal. 34 [7] Jhon Drane, Memahami Perjanjian Baru, Jakarta BPK. Gunung Mulia, 2005, hal. 174 [8] Trian Hermawan, Budaya Modern, Lampung Universitas Bandar Lampung, 20011, hal. 4
Penduduk Masyarakat, dan Kebudayaan. A. Pertumbuhan Penduduk. Pertumbuhan penduduk adalah perubahan populasi sewaktu-waktu, dan dapat dihitung sebagai perubahan dalam jumlah individu dalam sebuah populasi menggunakan "per waktu unit" untuk pengukuran. Sebutan pertumbuhan penduduk merujuk pada semua spesies, tapi selalu
Alkitab telah diterjemahkan ke dalam banyak bahasa dan dialek di seluruh dunia. Naskah aslinya diyakini ditulis dalam bahasa Ibrani, Aram dan Yunani Koine Yunani Kuno, tetapi dalam sejarahnya telah disalin dan diterjemahkan ke dalam sejumlah bahasa di sekitaran Timur Tengah. Setelah para rasul mulai mengabarkan Injil ke tempat-tempat lebih jauh, Alkitab pun diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa dan dialek. Sampai bulan November 2012, Alkitab versi lengkap telah diterjemahkan ke dalam 518 bahasa, dan dalam bentuk sebagian ke dalam 2798 bahasa.[1] Penerjemahan Alkitab ke bahasa Indonesia dalam sejarah dimulai pada abad ke-17, bersamaan dengan kedatangan orang-orang Eropa terutama Portugis dan Belanda ke wilayah Nusantara. Namun, ada catatan-catatan kuno, bahwa Kekristenan sudah sampai ke Indonesia pada abad ke-7 atau sebelumnya, melalui Gereja Asiria Gereja Timur dan berdiri di dua tempat, diantaranya Pancur sekarang Deli Serdang dan Barus sekarang Tapanuli Tengah di Sumatra 645 SM.[2] Menurut penelitian dari pakar-pakar sejarah dan arkeologi lama, Gereja Ortodoks adalah gereja yang pertama hadir dan datang ke Indonesia yang ditandai dengan kehadiran Gereja Nestoria yang merupakan corak Gereja Asiria di daerah Fansur Barus, di wilayah Mandailing, Sumatra Utara. Namun menurut Butler kata Fahsûr seharusnya ditulis Mansûr, yaitu sebuah negara pada zaman kuno yang berada di barat Laut India, terletak di sekitar Sungai Indus. Mansur merupakan negara paling utama yang terkenal di antara orang-orang Arab dalam hal komoditas kamfer al-kafur.[3]
Tidakada alasan bagi seorang misionaris di mimbar ketika seorang warga negara dapat melakukan pekerjaan dengan lebih baik. Kami telah mengamati bahwa lingkungan E-2 dimulai dimana orang-orang yang telah Anda jangkau adalah dari latar belakang yang cukup berbeda dari orang-orang dalam gereja-gereja yang sudah ada sehingga mereka perlu untuk
WAMENA-Gereja Masehi Advent Hari Ke Tujuh GMAHK Wilayah Pegunungan Tengah melaksanakan konferensi luar biasa, dalam rangka reformasi iman umat guna meninggalkan kebiasaan adat dan budaya yang bertentangan dengan Alkitab. Wakil Bupati Jayawijaya Marthin Yogobi menyatakan, ini akan menjadi suatu pembahasan yang sangat menarik dan cocok dengan keadaan daerah ini. Sebab, diketahui bersama bersama bahwa kehidupan masyarakat pada umumnya sangat erat dengan budaya, adat istiadat dan tradisi yang sudah turun temurun dilakukan sejak zaman nenek moyang. “Banyak hal yang kurang dipahami oleh masyarakat pada umunya tentang melakukan kebiasaan adat maupun tradisi, mana yang tidak bertentangan dan mana yang bertentangan dengan firman Tuhan, sehingga terkadang kebiasaan atau budaya serta adat-istiadat tersebut disejajarkan dengan Firman,” ungkapnya Kamis 21/10 kemarin. Ia menyatakan tidak menutup kemungkinan bahwa didalam program organisasi gereja, hingga pelaksanaan ibadah sekalipun mengandung adat maupun kebudayaan daerah setempat. Oleh karena itu, dengan adanya konferensi luar biasa ini membuat Umat GMAHK di Jayawijaya pengetahuan dan kebenaran bisa bertambah. “Saya sering mendengar dan menyaksikan banyak kegiatan-kegiatan positif yang selalu dilaksanakan oleh organisasi gereja dalam rangka pembaharuan iman umat Tuhan, secara khusus bagi generasi muda dan Saya berharap kegiatan kerohanian tersebut dapat terus dilaksanakan dan ditingkatkan, sampai semua warga Advent khususnya bahkan warga jayawijaya dapat mengalami pembaharuan iman percaya kepada Tuhan.” Jelasnya. Sementara itu dalam Konferensi Luar Biasa GMAHK Wilayah Pegunungan Tengah Papua ini melahirkan 10 poin yang harus ditinggalkan oleh umatnya, yang pertama Sebagai anggota GMAHK di Wilayah Jayawijaya dan Lapago berdasarkan pengakuan Iman atas firman Tuhan maka GMHAK meninggalkan kebiasaan secara adat dan budaya dalam kepemilikian dan memelihara serta mengkonsumsi Wam daging Babi Poin ke dua Warga GMAHK tidak melakukan tradisi “Nomat”, poin ke tiga GMAHK meninggalkan sistem pembayaran Mas Kawin dengan menggunakan ternak Babi, tetapi diganti dengan nilai uang yang disepakati kedua belah pihak. Keempat, warga GMAHK juga mewajibkan pernikahan Kudus dijalankan sesuai aturan organisasi atau menikah secara gereja. Poin ke lima budaya pertukaran SUU Noken artinya Warga GMAHK harus bisa membedakan mana noken yang bisa digunakan untuk sumbangan dan dapat disertai isinya tanpa ada imbalan, sementara untuk SUU yang digunakan untuk acara adat harus ditinggalkan. Point ke enam. anggota GMAKH dapat memberikan sumbangan duka dalam bentuk uang, beras, gula dan Susu tetapi tidak memberikan sumbangan berupa Wam, Kopi, Teh , Rokok serta barang haram lainnya bahkan tidak mengharapkan adanya sumbangan balasan. Ketujuh, anggota Jemaat GMAHK jika diundang dalam acara umum atau menghadiri acara ritual, bahkan oleh tetangganya sedapatnya umat dapat membedakan acara ritual yang perlu untuk memberikan sumbangan dan mana yang tidak. Poin ke delapan umat GMAHK dengan tegas tidak akan mengkonsumsi masakan bakar batu yang proses masaknya bercampur antara ayam dengan daging Wam dalam satu kolam. Poin kesembilan Umat GMAHK yang membuka usaha jual beli dalam bentuk kios, toko atau dalam bentuk lainnya wajib menunjukkan iman percaya dengan tidak menjual rokok, pinang ataupun barang -barang dagangan lainnya yang bertentangan dengan iman dan kesehatan umat. Kesepuluh, sebagai umat GMAHK bersama -sama saling membantu dan meringankan beban keluarga yang membutuhkan baik biaya, doa melalui sumbangan sukarela dalam bentuk lainnya. Jo/tri WAMENA-Gereja Masehi Advent Hari Ke Tujuh GMAHK Wilayah Pegunungan Tengah melaksanakan konferensi luar biasa, dalam rangka reformasi iman umat guna meninggalkan kebiasaan adat dan budaya yang bertentangan dengan Alkitab. Wakil Bupati Jayawijaya Marthin Yogobi menyatakan, ini akan menjadi suatu pembahasan yang sangat menarik dan cocok dengan keadaan daerah ini. Sebab, diketahui bersama bersama bahwa kehidupan masyarakat pada umumnya sangat erat dengan budaya, adat istiadat dan tradisi yang sudah turun temurun dilakukan sejak zaman nenek moyang. “Banyak hal yang kurang dipahami oleh masyarakat pada umunya tentang melakukan kebiasaan adat maupun tradisi, mana yang tidak bertentangan dan mana yang bertentangan dengan firman Tuhan, sehingga terkadang kebiasaan atau budaya serta adat-istiadat tersebut disejajarkan dengan Firman,” ungkapnya Kamis 21/10 kemarin. Ia menyatakan tidak menutup kemungkinan bahwa didalam program organisasi gereja, hingga pelaksanaan ibadah sekalipun mengandung adat maupun kebudayaan daerah setempat. Oleh karena itu, dengan adanya konferensi luar biasa ini membuat Umat GMAHK di Jayawijaya pengetahuan dan kebenaran bisa bertambah. “Saya sering mendengar dan menyaksikan banyak kegiatan-kegiatan positif yang selalu dilaksanakan oleh organisasi gereja dalam rangka pembaharuan iman umat Tuhan, secara khusus bagi generasi muda dan Saya berharap kegiatan kerohanian tersebut dapat terus dilaksanakan dan ditingkatkan, sampai semua warga Advent khususnya bahkan warga jayawijaya dapat mengalami pembaharuan iman percaya kepada Tuhan.” Jelasnya. Sementara itu dalam Konferensi Luar Biasa GMAHK Wilayah Pegunungan Tengah Papua ini melahirkan 10 poin yang harus ditinggalkan oleh umatnya, yang pertama Sebagai anggota GMAHK di Wilayah Jayawijaya dan Lapago berdasarkan pengakuan Iman atas firman Tuhan maka GMHAK meninggalkan kebiasaan secara adat dan budaya dalam kepemilikian dan memelihara serta mengkonsumsi Wam daging Babi Poin ke dua Warga GMAHK tidak melakukan tradisi “Nomat”, poin ke tiga GMAHK meninggalkan sistem pembayaran Mas Kawin dengan menggunakan ternak Babi, tetapi diganti dengan nilai uang yang disepakati kedua belah pihak. Keempat, warga GMAHK juga mewajibkan pernikahan Kudus dijalankan sesuai aturan organisasi atau menikah secara gereja. Poin ke lima budaya pertukaran SUU Noken artinya Warga GMAHK harus bisa membedakan mana noken yang bisa digunakan untuk sumbangan dan dapat disertai isinya tanpa ada imbalan, sementara untuk SUU yang digunakan untuk acara adat harus ditinggalkan. Point ke enam. anggota GMAKH dapat memberikan sumbangan duka dalam bentuk uang, beras, gula dan Susu tetapi tidak memberikan sumbangan berupa Wam, Kopi, Teh , Rokok serta barang haram lainnya bahkan tidak mengharapkan adanya sumbangan balasan. Ketujuh, anggota Jemaat GMAHK jika diundang dalam acara umum atau menghadiri acara ritual, bahkan oleh tetangganya sedapatnya umat dapat membedakan acara ritual yang perlu untuk memberikan sumbangan dan mana yang tidak. Poin ke delapan umat GMAHK dengan tegas tidak akan mengkonsumsi masakan bakar batu yang proses masaknya bercampur antara ayam dengan daging Wam dalam satu kolam. Poin kesembilan Umat GMAHK yang membuka usaha jual beli dalam bentuk kios, toko atau dalam bentuk lainnya wajib menunjukkan iman percaya dengan tidak menjual rokok, pinang ataupun barang -barang dagangan lainnya yang bertentangan dengan iman dan kesehatan umat. Kesepuluh, sebagai umat GMAHK bersama -sama saling membantu dan meringankan beban keluarga yang membutuhkan baik biaya, doa melalui sumbangan sukarela dalam bentuk lainnya. Jo/tri
Saattiba di Kantor Walikta, para peserta karnaval diterima oleh Walikota H. Achmad Mahifa. Jauh mendahului lahirnya UU No. 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya maka pada tanggal 7 Desember 1976, para ahli waris Kesultanan Ternate dipimpin oleh Sultan Muda Mudzafar Syah, menyerahkan Keraton (bangunan dan lingkungannya) kepada Pemerintah
Ilustrasi Rasul Paulus. Foto yang tak mengenal Rasul Paulus? Beliau merupakan salah satu tokoh penting dalam Alkitab yang dipanggil oleh Yesus untuk mewartakan Injil kepada bangsa-bangsa lahir di Tarsus, kota makmur di provinsi Kilikia. Rasul Paulus adalah seorang Yahudi Farisi yang juga mewarisi kewarganegaraan Romawi dari ibunya. Saulus, atau dalam nama Romawinya Paulus, hidup pada zaman Yesus. Namun sejauh yang kita ketahui, mereka berdua tidak pernah bertemu muka. Sebagai seorang pemuda, Ia adalah seorang Yahudi yang sangat fanatik, murid terkasih dari rabbi terkemuka di Paulus beranjak dewasa, ia mulai menganiaya para pengikut Yesus yang dianggapnya sebagai para penghujat Allah. Saulus mungkin bisa disebut sebagai orang yang paling bertanggung jawab atas kematian Martir pertama, Stefanus, dan atas penganiayaan terhadap jemaat Pertobatan Rasul PaulusIlustrasi Rasul Paulus. Foto dalam kitab suci dijelaskan, suatu hari, Saulus sedang dalam perjalanan ke Kota Damsyik untuk menangkap para pengikut Kristus. Tiba-tiba, suatu sinar yang amat terang melingkupi dia. Ia jatuh rebah ke tanah dan menjadi buta. Ia mendengar suatu suara yang berkata, “Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku?”. Saulus menjawab, “Siapakah Engkau, Tuhan?”. Suara itu menjawab, “Akulah Yesus yang kau aniaya itu.”. Saulus amat kaget dan bingung. Beberapa saat kemudian Ia bertanya, “Apa yang Engkau ingin aku lakukan?”. Yesus memintanya untuk melanjutkan perjalanannya ke Damsyik dan di sana akan dikatakan kepadanya apa yang harus saat itulah, melalui kuasa Tuhan, Saulus menerima karunia percaya kepada Yesus. Dalam keadaan lemah dan gementar, Saulus mengulurkan tangannya untuk meminta pertolongan. Teman-teman seperjalanannya menuntunnya memasuki kota Damsyik. Sinar yang amat terang itu telah membutakan matanya untuk sementara waktu. Setelah buta matanya, Ia benar-benar dapat “melihat” kebenaran. Yesus telah datang secara pribadi kepadanya, berjumpa dengannya, dan mengundangnya untuk bertobat. Saulus menjadi seorang murid yang amat mengasihi Ia dibaptis, yang dipikirkannya hanyalah membantu orang-orang lain untuk mengenal serta mencintai dapat membaca kisah petualangan Rasul Paulus yang mengagumkan dalam kitab Kisah Para Rasul yang ditulis oleh Santo Lukas, dimulai pada bab sembilan. Namun, kisah yang ditulis Santo Lukas berakhir ketika Paulus tiba di Roma. Ia berada dalam tahanan rumah, menunggu diadili oleh Kaisar Nero. Seorang penulis Kristen terkenal dari zaman Gereja Purba, Tertullian, mengisahkan bahwa Paulus dibebaskan setelah pengadilannya yang pertama. Namun setelah itu, Ia dijebloskan kembali dalam penjara. Kali ini, Ia dijatuhi hukuman mati. Ia wafat sekitar tahun 67, pada masa penganiayaan yang dahsyat terhadap umat Kristen dalam pemerintahan Kaisar Nero.
Corakcorak Islam Nusantara: Dari Wali Sanga Sampai Gus Dur (2) Setelah membahas “jati diri” Nusantara yang beragam, karena pengaruh sejarah dan wilayah (baca: Akar-akar Historis dan Geografis Islam Nusantara), coba lah anda temukan “residu” dari pengaruh tersebut, baik dalam diri anda, masyarakat sekitar anda atau lingkungan sekitar. Nama orang
. kwd69jfx67.pages.dev/569kwd69jfx67.pages.dev/879kwd69jfx67.pages.dev/471kwd69jfx67.pages.dev/27kwd69jfx67.pages.dev/990kwd69jfx67.pages.dev/915kwd69jfx67.pages.dev/399kwd69jfx67.pages.dev/75kwd69jfx67.pages.dev/306kwd69jfx67.pages.dev/290kwd69jfx67.pages.dev/684kwd69jfx67.pages.dev/719kwd69jfx67.pages.dev/920kwd69jfx67.pages.dev/213kwd69jfx67.pages.dev/154
kebudayaan di dalam alkitab telah dimulai pada saat